Senin, 28 November 2016

KULAP


Beton pracetak merupakan beton yang dibuat dengan metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dan dipasang ke lapangan ketika beton cukup umur. Beton pracetak dapat diberi tulangan ataupun prategang.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus, maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak biasanya hanya diproduksi dalam jumlah tertentu per bentuk tipikalnya. Bentuk tipikal yang dimaksud adalah bentuk yang proses pembuatannya secara repetitive dalam jumlah besar. Pada dasarnya sistem beton pracetak terdiri dari pengecoran komponen di tempat khusus (fabrikasi), pengangkutan ke lokasi, dan pemasangan menjadi suatu struktur utuh.
Keuntungan menggunakan beton pracetak adalah:

  • Memudahkan pekerjaan struktur maupun finishing
  • Menghemat biaya pekerjaan bangunan sampai dengan 30 % di banding dengan cara konvensional / manual karena tidak ada pekerjaan ulang
  • Beton precast sebelum bangunan didirikan sudah bisa dilihat bentuk atau designnya.
  • Bentuk dan ukuran sudah pasti, lebih ringan dan rapi
  • Dengan Precast beton tidak perlu memakai bekisting lagi
  • Bisa di bentuk sesuai design yang kita inginkan 
  • Pengendalian mutu teknis dapat dicapai
Di samping itu, beton pracetak juga memiliki kekurangan, antara lain
·                     Memerlukan perhitungan dengan ketelitian tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antar satu produk dengan yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam proses pemasangan di lapangan
·                     Kesulitan dalam instalasi dan sambungan
·                     Proses pengangkutan beton yang berjumlah besar
Proses pembuatan beton pracetak dibagi menjadi tiga tahapan berurutan, yaitu:
1.                   Tahap Desain
Proses perencanaan suatu produk secara umum yang mencakup syarat kekuatan, kekakuan, dan kestabilan pada masa layannya.
2.                   Tahap Produksi
a.       Pembuatan cetakan
Pembuatan cetakan disesuaikan dengan desain yang telah ditetapkan sebelumnya.
b.      Penulangan
Baja tulangan dirakit dan ditempatkan ke dalam cetakan.
c.       Pembuatan beton dan pengecoran
Dalam pembuatan beton menggunakan batching plant yang memiliki kontrol kualitas beton.
d.      Pemadatan beton
Menggunakan external vibrator dengan frekuensi tinggi.
e.      Curing
3.                   Tahap Pascaproduksi
a.       Handling.
Setelah umur beton terpenuhi, unit beton pracetak dipindahkan ke gudan dan disusun secara vertikal dan diberi bantalan antar unit pracetak.
b.      Pengangkutan beton ke lapangan.
c.       Instalasi
Memasang unit pracetak pada struktur dan memasang sambungan.
d.      Finishing
Dalam proses pemasangannnya di lapangan, metode-metodenya adalah sebagai berikut:
a.                   Dirakit per elemen
b.                  Lift – Slab system, pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis. Prinsip konstruksinya sebagai berikut :
·     Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
·     Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.
·     Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
c.                   Slip – Form System
Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.

d.                   Push – Up / Jack – Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertical.
e.                   Box System
Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.
Sedangkan sistem koneksinya terdiri dari:
1.          Sambungan
Pada umumnya sambungan – sambungan bias dikelompokkan sebagai berikut :
a)         Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya beban vertical ) akibat beban sendiri dari komponen .
b)         Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
c)          Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.
d)         Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata menyerdiakan ruang gerak untuk pemasangan .
2.          Ikatan
Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut :
a)         Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )
Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai beton cor mengeras. Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang / pendukung pembantu. Toleransi penyusutan ‘ diserap ‘ oleh Coran Beton.
b)         Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara “lego” (permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan. Dimulai dengan cara hubungan “ PELETAKAN “, kemudian berkembang menjadi “ Saling Menggigit “. Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung / penunjang pembantu.
c)          Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
·             Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )
·             Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )
Catatan :
a.          Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi
b.         Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
c.          Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.
d)         Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsure Post Tensioning dalam system koneksi. Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan. Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning.
3.          Simpul
Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra – cetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur. Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.          Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung vertical.
b.         Simpul Pertemuan Kolom
Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-momen juga disalurkan.
c.          Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )
Untuk menyalurkan beban vertical
d.         Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom
Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan – tarik dan geser
e.         Simpul yang Mampu Menahan Momen
Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan tertentu. Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih bagian